UMKM Bisnis Berkelanjutan di Indonesia: Tren, Strategi, dan Contoh Nyata

UMKM bisnis berkelanjutan bukan lagi jargon pemasaran. Di Indonesia, arah kebijakan, perilaku konsumen, serta dinamika rantai pasok mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk mengelola dampak sosial dan lingkungan secara serius. Praktik berkelanjutan bukan hanya soal “hijau-hijauan”, tetapi cara cerdas menghemat biaya, meningkatkan reputasi, dan membuka akses pasar baru. Artikel ini merangkum tren, strategi praktis, serta contoh nyata agar UMKM bisnis berkelanjutan bisa langsung diterapkan.

Secara konsep, keberlanjutan berakar pada keseimbangan tiga dimensi: ekonomi, sosial, dan lingkungan—sering disebut triple bottom line (profit, people, planet). Pendekatan ini sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan dan memberi panduan agar UMKM bisnis berkelanjutan dapat tumbuh tanpa mengorbankan generasi mendatang.

Mengapa UMKM Perlu Menjadi Bisnis Berkelanjutan?

UMKM adalah tulang punggung ekonomi nasional. Dalam banyak sektor, UMKM berkontribusi besar pada penciptaan lapangan kerja dan pemerataan ekonomi. Ketika UMKM mengadopsi praktik berkelanjutan, manfaatnya berlipat: biaya operasional turun, risiko rantai pasok berkurang, dan kepercayaan pelanggan naik. Berikut alasan strategis mengapa UMKM bisnis berkelanjutan penting untuk ditumbuhkan:

  • Efisiensi biaya energi dan bahan baku. Audit energi, penggantian lampu ke LED, dan pemeliharaan mesin dapat memangkas tagihan tanpa mengurangi produktivitas.
  • Daya tarik konsumen. Generasi muda cenderung memilih merek yang bertanggung jawab; label “ramah lingkungan” dan transparansi proses menjadi nilai jual.
  • Akses pasar global. Banyak buyer menerapkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST); UMKM bisnis berkelanjutan lebih mudah lolos kurasi.
  • Mitigasi risiko. Pengelolaan limbah, keselamatan kerja, dan kepatuhan regulasi mengurangi potensi sanksi dan gangguan operasional.
  • Reputasi dan kepercayaan. Narasi dampak sosial-lingkungan yang otentik meningkatkan loyalitas pelanggan.

UMKM bisnis berkelanjutan

Kerangka Praktis Membangun UMKM Bisnis Berkelanjutan

Alih-alih proyek besar yang mahal, mulailah dari langkah sederhana yang terukur. Berikut kerangka bertahap yang bisa langsung ditiru oleh UMKM bisnis berkelanjutan di berbagai sektor:

1) Lakukan Penilaian Awal (Baseline)

  • Catat penggunaan listrik, air, bahan baku, dan volume limbah selama 1–3 bulan.
  • Identifikasi titik boros: kebocoran air, mesin menyala saat idle, atau pemborosan bahan baku.
  • Tentukan 3 prioritas berdampak besar (misal: penghematan energi 10%, pengurangan limbah 20%, peningkatan keselamatan kerja).

2) Tata Kelola Material dan Desain Produk

  • Pilih bahan yang tahan lama, dapat didaur ulang, atau bersumber lokal untuk mengurangi jejak karbon logistik.
  • Optimalkan desain agar minim sisa potong (pattern efficiency) dan gunakan by-product menjadi produk baru.
  • Kembangkan varian produk ramah lingkungan sebagai pembeda UMKM bisnis berkelanjutan.

3) Efisiensi Energi dan Air

  • Berpindah ke LED, timer, dan sensor gerak; rawat mesin agar tidak boros listrik.
  • Gunakan nozzle hemat air, tampung air hujan untuk keperluan non-proses, dan atur jadwal pembersihan yang efisien.
  • Jika memungkinkan, gunakan panel surya skala kecil sebagai investasi jangka panjang UMKM bisnis berkelanjutan.

4) Manajemen Limbah dan Ekonomi Sirkular

  • Mulai dari pemilahan: organik, anorganik, dan B3; tentukan mitra pengepul atau bank sampah.
  • Implementasikan konsep return & refill untuk kemasan; berikan insentif kepada pelanggan yang mengembalikan kemasan.
  • Ubah residu produksi menjadi bahan baku sekunder (contoh: serbuk kayu jadi briket atau media tanam).

5) Logistik dan Kemasan

  • Rencanakan rute pengiriman untuk mengurangi jarak tempuh dan biaya BBM.
  • Pilih kemasan ringan, dapat didaur ulang, dan komunikasikan nilai tersebut pada label.
  • Berikan opsi pengiriman bundling untuk menekan jejak karbon UMKM bisnis berkelanjutan.

6) Kesejahteraan Pekerja dan Kepatuhan

  • Standarkan keselamatan kerja, APD, dan pelatihan rutin.
  • Terapkan kebijakan non-diskriminasi dan kesempatan berkembang bagi karyawan.
  • Kepatuhan pada izin usaha, NIB, dan standar mutu memperkuat fondasi UMKM bisnis berkelanjutan.

7) Pembiayaan dan Sertifikasi

  • Telusuri skema pembiayaan ramah lingkungan, koperasi, atau kemitraan korporasi.
  • Pertimbangkan sertifikasi yang relevan (misal standar mutu atau label hijau) sesuai skala usaha.
  • Gunakan sertifikasi sebagai bukti kredibilitas UMKM bisnis berkelanjutan saat pitching ke buyer.

8) Pemasaran: Ceritakan Dampak Secara Otentik

  • Bangun brand story yang menonjolkan dampak sosial dan lingkungan—sertakan angka, bukan klaim umum.
  • Gunakan kanal digital untuk edukasi konsumen: blog, media sosial, hingga marketplace.
  • Berdayakan pelanggan untuk berpartisipasi (program refill, trade-in, atau penanaman pohon bersama).

9) Pengukuran dan Pelaporan

  • Tetapkan indikator (KPI) sederhana: kWh/unit produk, liter air/unit, persentase limbah terpilah, dan tingkat kecelakaan kerja.
  • Laporkan progres triwulanan; perbaiki target secara bertahap agar UMKM bisnis berkelanjutan tetap konsisten.

Contoh Nyata Penerapan di Berbagai Sektor

Berikut ilustrasi ringkas yang bisa menginspirasi UMKM bisnis berkelanjutan di Indonesia:

  • F&B lokal: Mengganti kemasan plastik sekali pakai dengan kemasan kompos, memasok bahan dari petani setempat, dan memanfaatkan sisa sayur untuk kaldu sehingga food waste turun signifikan.
  • Fesyen rumahan: Menggunakan kain sisa pabrik sebagai edisi terbatas, menerapkan pewarna alami, dan program daur ulang pakaian lama menjadi aksesori.
  • Kerajinan kayu: Menanam kembali bibit pohon setiap 50 produk terjual, memanfaatkan serbuk kayu sebagai briket, dan mengomunikasikan jejak material pada label.

Tren yang Perlu Dipantau oleh UMKM

Perubahan regulasi, ekspektasi buyer, dan perkembangan teknologi akan terus mendorong UMKM bisnis berkelanjutan untuk berinovasi. Beberapa tren kunci:

  1. Transparansi rantai pasok. Permintaan dokumentasi asal bahan, uji laboratorium, dan penelusuran (traceability) makin tinggi.
  2. Digitalisasi efisiensi. Sensor IoT, aplikasi pencatatan energi, dan alat peramalan permintaan membantu menekan pemborosan.
  3. Ekonomi sirkular. Model bisnis sewa, perbaikan, dan buy-back membuka aliran pendapatan tambahan.
  4. Kolaborasi klaster. UMKM dalam satu kawasan berbagi fasilitas pengolahan limbah atau logistik bersama untuk efisiensi.
  5. Preferensi konsumen hijau. Pelanggan menghargai kejelasan label, komposisi bahan, dan bukti dampak—bukan sekadar klaim.

Panduan 30–60–90 Hari untuk Memulai

Agar lebih mudah, berikut rencana singkat yang dapat diadaptasi oleh UMKM bisnis berkelanjutan pemula:

  • Hari 1–30: Susun baseline energi/air/limbah, tetapkan 3 KPI, pilih satu produk prioritas untuk perbaikan cepat, dan edukasi tim.
  • Hari 31–60: Implementasikan efisiensi (LED, pemeliharaan mesin), mulai pemilahan limbah, dan uji kemasan alternatif.
  • Hari 61–90: Luncurkan kampanye komunikasi dampak, ukur hasil awal, tetapkan target kuartal berikutnya, dan evaluasi peluang sertifikasi.

Hindari Kesalahan Umum

Beberapa jebakan yang sering menghambat perjalanan UMKM bisnis berkelanjutan:

  • Greenwashing. Klaim berlebihan tanpa data justru menurunkan kepercayaan. Tampilkan angka dan proses.
  • Proyek terlalu ambisius. Mulai dari langkah kecil yang berdampak; skala bisa ditingkatkan setelah ada bukti.
  • Kurang melibatkan karyawan. Budaya keberlanjutan dibangun dari keseharian; libatkan tim sejak awal.
  • Abai kepatuhan. Izin, standar mutu, dan keselamatan kerja adalah fondasi UMKM bisnis berkelanjutan.

FAQ Singkat

Apa bedanya “hijau” dan “berkelanjutan”? “Hijau” fokus pada lingkungan. “Berkelanjutan” mencakup lingkungan, sosial, dan ekonomi sekaligus—kerangka yang lebih menyeluruh bagi UMKM bisnis berkelanjutan.

Apakah semua UMKM perlu sertifikasi? Tidak selalu. Mulailah dari praktik baik; sertifikasi menyusul saat skala dan pasar membutuhkannya.

Bagaimana cara mengukur dampak? Gunakan KPI sederhana: kWh/unit, liter air/unit, persentase limbah terpilah, angka kecelakaan kerja, dan umpan balik pelanggan.

Konsep usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia memberi peluang besar untuk memperluas dampak. Dengan disiplin pengukuran, kemitraan lokal, dan komunikasi yang jujur, UMKM bisnis berkelanjutan akan menjadi standar baru—bukan pengecualian.

Baca Juga: Sertifikasi Profesi UMKM untuk Layanan Konsultasi

Pada akhirnya, UMKM bisnis berkelanjutan adalah strategi bertahan sekaligus bertumbuh. Dengan mengintegrasikan efisiensi, kepedulian sosial, dan kepatuhan ke dalam proses harian, UMKM dapat meraih daya saing yang tahan krisis—sambil menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat.

Leave a Comment

Rating

Uji Kompetensi metodologi, penguasaan materi pelatihan dan praktek penyampaian modul (delivery). Selanjutnya untuk memperoleh akreditasi (Sertifikat Akreditasi Fasilitator), fasilitator mendelivery modul yang dikuasai minimal 2 kali dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Mitra Penyelenggara Pelatihan, dengan nilai minimal 70% atau rating 3,5 dengan range antara 1 – 5. Setiap penugasan pelatih oleh Mitra Penyelenggara Pelatihan telah disertai persetujuan dari LSP UMKM & WI.

Bimbingan

Dalam bimbingan ini dijelaskan alur Uji Kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP UMKM & WI . Kemudian, dilanjutkan dengan pendaftaran  untuk mendapatkan akun yang akan digunakan dalam sistem uji kompetensi LSP UMKM & WI . Pada sesi berikutnya, para peserta akan mendapat bimbingan untuk menggunakan sistem uji kompetensi tersebut hingga proses penilaian.

Sertifikasi

Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah Proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi. Terkait dengan Standard Kompetensi Kerja telah ditetapkan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pengawas Syariah berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 25 Tahun 2017. Sedangkan SKKNI itu sendiri adalah Rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

SERTIFIKASI PENILAIAN DIAKUI INTERNASIONAL

Dengan lisensi resmi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi atau (BNSP) yang
dibentuk  Pemerintah  untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaga Sertifikasi Profesi atau (LSP)
menjamin mutu kompetensi dan pelatihan Tenaga Kerja pada seluruh sektor bidang profesi
di seluruh Indonesia.

Sertifikat yang akan Anda dapatkan juga akan diakui oleh dunia Internasional, sehingga
kualitasnya tidak perlu diragukan lagi. Karena dengan memiliki sertifikasi profesi dari LSP
yang telah mendapatkan lisensi resmi dari BNSP, Anda mempunyai sebuah bukti kuat
bahwa Anda memang berkompeten dalam profesi yang Anda geluti. Itu juga memastikan
bahwa Anda mempunyai kemampuan yang mumpuni sebagai seorang profesional.

Sertifikasi kompetensi ini bisa Anda dapatkan melalui pelatihan dari LSP yang mempunyai
lisensi resmi dari BNSP. Dan LSP UMKM & WI, merupakan salah satu LSP yang bisa
membantu Anda untuk mewujudkan keinginan Anda dalam mendapatkan sertifikasi profesi
tersebut.

SERTIFIKASI KOMPETISI KASIR RETAIL

Sumber daya manusia (SDM) memainkan peranan yang sangat vital dalam menentukan
keberhasilan operasional toko. Sumber Daya Manusia (SDM) atau pengelola toko haruslah
mumpuni dan cekatan. Implementasi sistem komputerisasi yang semakin canggih dan
keharusan untuk menjalankan rangkap atau fungsi pekerjaan (multi-tasking) maka karyawan
toko juga harus memiliki kemampuan berhitung (matematika) yang baik, dan kemampuan
untuk bias berbahasa asing tentunya (minimal Bahasa Inggris).

Untuk itu pentingnya melakukan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) sebelum terjun
langsung ke dalam dunia kerja. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Apabila Sumber Daya Manusia (SDM) telah tersetifikasi,
selain dapat menentukan keberhasilan toko, para Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut
diharapkan mampu untuk bersaing dengan para tenaga kerja asing.

Perlu diingat bahwa bisnis minimarket ataupun retail dan toko adalah bisnis penjualan.
Jadi,segenap karyawan harus memiliki kualitas internal yang sejalan dan mendukung
peranannya sebagai penjual. Kualitas ini meliputi kepribadian (threat), sikap, (attitude),
motivasi dan nilai-nilai (values). Untuk itu pentingnya melakukan pelatihan Sumber Daya
Manusia (SDM).

JADIKAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN UKM

Pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini, kompetensi menjadi syarat yang harus
dipenuhi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Sejalan dengan itu, Kementerian Koperasi
dan UKM RI, terus berupaya meningkatkan kompetensi UMKM, salah satunya melalui
kegiatan sertifikasi kompetensi UKM. Kegiatan ini berupa memfasilitasi pelatihan serta
sertifikasi kompetensi bagi para pelaku UMKM.

Tujuannya untuk meningkatkan daya saing, mengingat pemberlakuan MEA akan sangat
berpengaruh kepada masuknya tenaga  kerja  asing yang mengakibatkan persaingan
menjadi semakin ketat. Standarisasi dan sertifikasi ini menjadi sangat penting diketahui oleh
para pelaku UKM. Karena selain meningkatkan daya saing, standarisasi adalah upaya untuk
menjaga kualitas produk.

Sertifikasi ini juga berguna sebagai bentuk penyesuaian dan upaya UKM untuk
menunjukkan kepada dunia jika telah memiliki standar tertentu, hingga pengembangan
usaha dapat dikembangkan menjadi lebih luas. Apabila produk telah tersertifikasi maka
konsumen akan semakin yakin, karena produk tersebut sudah pasti terjamin. Itulah alasan
mengapa standarisasi dan sertifikasi saat ini menjadi sangat penting diketahui oleh para
pelaku UKM.