Manfaat Sertifikasi Halal bagi Produk UMKM: Strategi Naik Kelas, Naik Omzet, dan Tembus Pasar Lebih Luas

Di tengah persaingan yang makin padat, pelaku usaha kecil sering bertanya: “Apa langkah paling realistis agar produk saya dipercaya, bisa masuk ritel modern, dan siap ekspansi?” Salah satu jawaban yang semakin relevan adalah sertifikasi halal produk UMKM. Bagi banyak UMKM, ini bukan sekadar “label”, melainkan bukti keseriusan membangun bisnis yang patuh standar, tertib proses, dan siap melayani pasar yang lebih luas.

Artikel ini membahas manfaat, dampak bisnis, serta langkah praktis menyiapkan sertifikasi halal produk UMKM dari sisi bahan, proses produksi, dokumentasi, hingga strategi pemasaran. Pembahasannya dibuat ramah UMKM: apa yang harus dilakukan, apa yang sering keliru, dan bagaimana memaksimalkan sertifikat halal untuk menaikkan omzet tanpa mengorbankan kualitas.

sertifikasi halal produk UMKM

Mengapa sertifikasi halal makin penting untuk UMKM di Indonesia?

Indonesia memiliki pasar muslim yang besar dan konsumen yang semakin kritis. Mereka tidak hanya mempertimbangkan rasa atau harga, tetapi juga keamanan, kebersihan, dan kepastian bahan. Konsep halal dalam praktik sehari-hari sering dikaitkan dengan makanan dan minuman, namun cakupannya juga meluas ke kosmetik, obat tradisional, hingga bahan pendukung produksi.

Dari sisi regulasi, pemerintah melalui BPJPH menyelenggarakan jaminan produk halal. Ini menandakan bahwa ekosistem halal di Indonesia tidak lagi “opsional” bagi banyak kategori produk—terutama ketika bisnis ingin masuk kanal penjualan yang lebih formal seperti distributor, ritel modern, e-commerce besar, maupun pengadaan.

Karena itu, sertifikasi halal produk UMKM layak dipandang sebagai investasi reputasi. Ketika UMKM memiliki sertifikat, produk lebih mudah melewati proses kurasi dan verifikasi oleh mitra bisnis. Di sisi konsumen, adanya sertifikasi membantu mengurangi keraguan saat membeli, terutama pada produk olahan yang bahan bakunya tidak langsung terlihat.

Manfaat sertifikasi halal produk UMKM dari sisi bisnis (bukan sekadar kepatuhan)

1) Kepercayaan konsumen naik, repeat order lebih mudah

Manfaat paling terasa dari sertifikasi halal produk UMKM adalah meningkatnya rasa aman. Konsumen cenderung lebih cepat memutuskan pembelian ketika mereka melihat label halal pada kemasan atau di halaman produk. Dampaknya bukan hanya penjualan pertama, tetapi juga pembelian ulang (repeat order) karena konsumen merasa cocok dan percaya.

2) Produk lebih mudah masuk ritel modern, marketplace, dan distributor

Banyak mitra penjualan memiliki standar minimum terkait legalitas dan kepatuhan. Dengan sertifikasi halal produk UMKM, UMKM punya “tiket masuk” untuk mengikuti kurasi ritel modern, kerja sama reseller besar, hingga masuk program pendampingan atau inkubasi. Bahkan untuk beberapa kategori, sertifikat halal bisa menjadi pembeda saat seleksi vendor.

3) Membuka peluang ekspor dan pasar wisata halal

Jika Anda membidik pembeli luar negeri atau segmen wisata halal, sertifikasi halal produk UMKM memperkuat kredibilitas. Calon buyer biasanya ingin bukti tertulis bahwa proses produksi memenuhi persyaratan tertentu. Sertifikasi juga membantu UMKM menampilkan citra profesional saat pameran, business matching, atau penawaran B2B.

4) Diferensiasi merek dan positioning premium

Di pasar yang produknya mirip-mirip, branding menjadi penentu. sertifikasi halal produk UMKM dapat diposisikan sebagai bukti kualitas proses, bukan hanya identitas. Jika Anda menambahkan narasi “bahan terjamin, proses tertib, dan diaudit”, konsumen menangkap pesan bahwa produk Anda serius menjaga standar.

5) Mengurangi risiko komplain dan isu sensitif

Dalam bisnis makanan, minuman, dan kosmetik, isu bahan sensitif bisa memicu krisis kepercayaan. Dengan sertifikasi halal produk UMKM, UMKM punya sistem yang lebih rapi untuk menelusuri bahan baku, pemasok, dan proses produksi. Saat ada pertanyaan pelanggan, Anda bisa menjawab lebih meyakinkan karena datanya terdokumentasi.

6) Sistem produksi jadi lebih tertib dan efisien

Proses menyiapkan sertifikasi halal produk UMKM biasanya mendorong UMKM membenahi SOP, kebersihan, pemisahan alat, label bahan, hingga pencatatan pembelian. Ini terdengar merepotkan di awal, tetapi dalam jangka panjang membuat produksi lebih stabil, meminimalkan kesalahan, dan mempercepat pelatihan karyawan baru.

Manfaat sertifikasi halal produk UMKM untuk pemasaran digital

Di era marketplace dan media sosial, keputusan beli terjadi sangat cepat. UMKM perlu “bukti instan” yang bisa ditampilkan dalam 3 detik pertama: foto kemasan, testimoni, dan label yang dipercaya. sertifikasi halal produk UMKM membantu mengurangi friksi, terutama untuk produk yang baru dikenal.

  • Di marketplace: sertifikat halal bisa dicantumkan sebagai foto tambahan atau dokumen pendukung.
  • Di Instagram/TikTok: Anda bisa membuat konten “behind the scenes” tentang standar produksi yang rapi setelah proses sertifikasi halal produk UMKM.
  • Di website: buat halaman khusus “Jaminan Halal & Mutu” agar brand terlihat lebih profesional.

Tips praktis: jangan hanya menulis “sudah halal”. Ceritakan prosesnya secara ringkas—misalnya pemilihan pemasok, pemisahan alat, hingga kontrol bahan. Narasi yang jelas membuat sertifikasi halal produk UMKM berfungsi sebagai alat membangun trust.

Jenis UMKM yang paling diuntungkan oleh sertifikasi halal

Secara umum, sertifikasi halal produk UMKM relevan untuk usaha yang produknya dikonsumsi atau digunakan pada tubuh, serta produk yang melibatkan bahan turunan hewani atau bahan tambahan. Contoh sektor yang paling sering merasakan dampak langsung:

  • Produsen makanan ringan, frozen food, bumbu, katering, dan minuman kekinian.
  • Roti, kue, dessert, serta produk olahan susu.
  • Kosmetik rumahan, skincare, sabun, dan body care.
  • Obat tradisional, jamu, suplemen tertentu, serta produk herbal.

Namun jangan salah: UMKM non-makanan pun bisa mendapat manfaat reputasi. Misalnya produsen kemasan makanan, penyedia jasa katering event, atau brand oleh-oleh yang ingin masuk bandara dan pusat wisata.

Persiapan inti sebelum mengajukan sertifikasi halal produk UMKM

Agar proses sertifikasi halal produk UMKM lebih lancar, UMKM perlu menyiapkan fondasi. Bukan sekadar mengumpulkan dokumen, tetapi memastikan bisnis sudah punya kebiasaan produksi yang konsisten.

1) Petakan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong

Buat daftar seluruh bahan yang masuk ke produk: bahan utama, perisa, pengemulsi, pewarna, hingga minyak oles. Sertifikasi sering tersendat karena UMKM hanya mendata “bahan besar” tetapi lupa bahan kecil yang justru sensitif. Saat persiapan sertifikasi halal produk UMKM, pastikan setiap bahan punya informasi pemasok dan bukti pendukung (misalnya spesifikasi atau keterangan halal dari pemasok).

2) Pastikan pemasok jelas dan konsisten

UMKM yang sering ganti pemasok akan lebih sulit menjaga konsistensi. Buat kriteria pemasok: kualitas, stabilitas stok, dan transparansi bahan. Semakin rapi pemasok Anda, semakin mudah mengelola sertifikasi halal produk UMKM dan menghindari perubahan mendadak yang berisiko.

3) Rapikan alur produksi dan pemisahan alat

Untuk beberapa usaha, pemisahan alat atau area produksi menjadi penting—misalnya untuk mencegah kontaminasi silang. Tidak harus langsung membangun dapur besar; cukup mulai dengan penandaan alat, jadwal sanitasi, dan alur kerja yang jelas. Perbaikan kecil ini sangat membantu saat audit sertifikasi halal produk UMKM.

4) Dokumentasi sederhana tapi konsisten

UMKM sering takut pada kata “dokumen”. Padahal yang dibutuhkan adalah catatan yang masuk akal: daftar bahan, catatan pembelian, catatan produksi harian, dan SOP kebersihan. Kuncinya konsisten. Dokumentasi yang rapi membuat proses sertifikasi halal produk UMKM terasa lebih ringan karena semua data sudah siap.

Langkah-langkah umum proses sertifikasi halal produk UMKM

Alur bisa berbeda tergantung kategori produk dan skema yang dipilih, tetapi gambaran umumnya seperti berikut. Gunakan ini sebagai peta agar Anda tidak bingung saat mulai mengurus sertifikasi halal produk UMKM.

  1. Registrasi dan pengajuan: UMKM mengajukan permohonan melalui jalur yang ditetapkan, menyiapkan data usaha dan data produk.
  2. Melengkapi dokumen pendukung: termasuk profil usaha, daftar bahan, proses produksi, serta dokumen legalitas yang diminta.
  3. Pemeriksaan/audit: pemeriksa akan mengecek kesesuaian bahan dan proses produksi terhadap persyaratan halal.
  4. Penetapan hasil: jika memenuhi, sertifikat diterbitkan dan UMKM dapat mencantumkan informasi halal sesuai ketentuan.
  5. Pemeliharaan sistem: setelah sertifikat terbit, UMKM harus menjaga konsistensi bahan, pemasok, dan proses agar status halal tetap terjaga.

Praktiknya, UMKM yang sukses biasanya menyiapkan tim kecil—bahkan jika hanya 2 orang—untuk memegang data bahan, produksi, dan arsip. Pendekatan ini membuat sertifikasi halal produk UMKM lebih cepat karena komunikasi internal rapi.

Biaya, waktu, dan cara menekan beban tanpa mengorbankan kualitas

Salah satu kekhawatiran pelaku usaha adalah biaya dan waktu. Kabar baiknya: Anda bisa menekan beban dengan strategi persiapan yang tepat. Intinya, jangan menunggu “sempurna” dulu baru bergerak. Mulai dari produk terlaris, bahan yang paling sering dipakai, dan alur produksi yang paling stabil.

  • Fokus pada 1–3 produk unggulan: awalnya ajukan sertifikasi halal produk UMKM untuk produk yang paling laku atau paling mudah distandarkan.
  • Stabilkan pemasok: gonta-ganti pemasok membuat dokumen berulang dan memperlambat proses.
  • Gunakan template catatan: buat format catatan produksi dan pembelian yang simpel agar tim mudah disiplin.
  • Rapikan kemasan: pastikan nama produk, komposisi, dan informasi produsen tertulis jelas; ini membantu konsistensi data.

Dengan persiapan ini, sertifikasi halal produk UMKM tidak terasa seperti proyek besar, melainkan bagian dari peningkatan kualitas bisnis.

Kesalahan UMKM yang paling sering membuat proses sertifikasi terhambat

1) Komposisi tidak konsisten dengan praktik produksi

Sering terjadi UMKM menulis komposisi A-B-C, tetapi di lapangan menambah bahan lain “kalau stok habis”. Inilah penyebab umum revisi dokumen. Untuk mempercepat sertifikasi halal produk UMKM, tetapkan standar resep dan patuhi.

2) Menganggap bahan kecil tidak penting

Perisa, emulsifier, shortening, gelatin, atau pewarna tertentu bisa menjadi komponen krusial. Pastikan semua bahan tercatat. Dalam sertifikasi halal produk UMKM, yang dinilai bukan hanya bahan besar, tetapi keseluruhan rantai bahan yang masuk ke produk.

3) Tidak punya catatan pembelian dan stok

Audit membutuhkan jejak yang masuk akal. Jika UMKM tidak punya catatan pembelian, sulit membuktikan sumber bahan. Solusinya: mulai dari sederhana—simpan nota pembelian, foto label bahan, dan buat rekap bulanan. Disiplin kecil ini sangat membantu sertifikasi halal produk UMKM.

4) Alat produksi bercampur tanpa prosedur kebersihan

UMKM rumahan sering memakai alat dapur campur-aduk. Jika tidak bisa memisahkan, buat SOP kebersihan yang ketat: jadwal cuci, desinfeksi, dan penyimpanan. Saat pengurusan sertifikasi halal produk UMKM, SOP kebersihan yang jelas bisa menjadi poin kuat.

Studi kasus mini: bagaimana sertifikasi halal produk UMKM mengubah arah bisnis

Kasus 1 – Keripik pedas rumahan: sebelumnya hanya jual di sekitar rumah. Setelah mengurus sertifikasi halal produk UMKM, pemilik berani masuk marketplace nasional, mengajukan kurasi ritel lokal, dan meningkatkan kemasan. Hasilnya, penjualan lebih stabil karena konsumen luar kota lebih percaya pada produk kemasan yang jelas.

Kasus 2 – Katering sehat untuk kantor: klien korporat meminta bukti kepatuhan. Setelah memiliki sertifikasi halal produk UMKM, katering lebih mudah masuk daftar vendor, kontrak jadi lebih panjang, dan harga jasa bisa dinaikkan karena value-nya kuat.

Kasus 3 – Skincare lokal: tantangan terbesar adalah membuktikan bahan baku dan pemasok. Proses sertifikasi halal produk UMKM memaksa brand menata data bahan, memperbaiki SOP, dan memilih pemasok yang lebih transparan. Dampaknya, brand lebih mudah dipercaya di media sosial dan kolaborasi dengan reseller meningkat.

Checklist cepat: siapkah usaha Anda untuk sertifikasi halal produk UMKM?

  • Resep dan komposisi produk sudah baku dan dicatat.
  • Daftar bahan lengkap (utama, tambahan, penolong) beserta pemasok.
  • Area dan alat produksi punya prosedur kebersihan yang jelas.
  • Nota pembelian dan arsip label bahan disimpan rapi.
  • Label kemasan mencantumkan informasi produsen dan komposisi secara konsisten.

Jika sebagian besar poin di atas sudah beres, Anda biasanya hanya butuh perapihan dokumen untuk mempercepat sertifikasi halal produk UMKM.

call to action LSPUMKM WI 2

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)

Apakah semua produk UMKM wajib punya sertifikasi halal?

Tidak semua kategori sama. Namun untuk banyak produk konsumsi, sertifikasi halal produk UMKM sangat dianjurkan—terutama jika Anda ingin masuk ritel modern, mengikuti program pendampingan, atau menargetkan pasar muslim yang lebih luas. Untuk memastikan kewajiban sesuai kategori usaha, rujuk ketentuan terbaru dari lembaga resmi terkait.

Kalau usaha masih rumahan, apakah bisa mengurus sertifikasi?

Bisa. Justru banyak pelaku rumahan yang memulai sertifikasi halal produk UMKM dari produk unggulan. Kuncinya adalah kebersihan, konsistensi resep, dan dokumentasi sederhana yang disiplin.

Apa dampak sertifikasi halal terhadap harga jual?

Jika dikomunikasikan dengan benar, sertifikasi halal produk UMKM sering memberi ruang bagi UMKM untuk menaikkan value. Anda tidak sekadar menjual rasa, tetapi juga kepastian proses. Strateginya: perbaiki kemasan, perkuat brand story, dan tampilkan bukti standar produksi.

Bagaimana cara agar sertifikat halal benar-benar mendongkrak penjualan?

Jangan berhenti di “sudah halal”. Jadikan sertifikasi halal produk UMKM sebagai konten pemasaran: unggah foto dokumen (tanpa data sensitif), ceritakan perbaikan SOP, dan gunakan label halal di kemasan serta katalog. Lalu, gabungkan dengan strategi distribusi yang tepat (reseller, marketplace, ritel lokal).

Strategi memaksimalkan sertifikasi halal produk UMKM agar omzet naik

Setelah sertifikat terbit, langkah berikutnya adalah memaksimalkan dampaknya. Berikut strategi praktis yang bisa Anda jalankan selama 30–90 hari pertama:

  • Perbarui seluruh aset brand: kemasan, katalog, foto produk, banner marketplace, dan profil media sosial.
  • Buat “halal trust content”: 3–5 konten singkat tentang proses kebersihan, pemilihan bahan, dan komitmen kualitas setelah sertifikasi halal produk UMKM.
  • Aktifkan kanal B2B: hubungi toko oleh-oleh, koperasi, katering kantor, hingga reseller untuk menawarkan kerja sama.
  • Masuk kurasi & event: ikut bazar, pameran, atau business matching dengan menonjolkan sertifikasi halal produk UMKM sebagai bukti kesiapan.
  • Jaga konsistensi: pastikan pemasok dan resep stabil. Konsistensi adalah “nyawa” dari sertifikat.

Dengan strategi ini, sertifikasi halal produk UMKM berubah dari formalitas menjadi mesin reputasi yang membantu penjualan berulang dan memperluas jaringan distribusi.

Baca Juga: Legalitas Usaha UMKM Indonesia: Fondasi Penting untuk Bertumbuh Lebih Besar

Kesimpulannya, sertifikasi halal produk UMKM adalah langkah nyata bagi UMKM yang ingin naik kelas: membangun kepercayaan, membuka akses pasar, menata sistem produksi, sekaligus memperkuat branding. Jika Anda mulai dari produk unggulan, menyiapkan bahan dan SOP sederhana, lalu mengomunikasikan sertifikat secara cerdas, peluang omzet naik dan pasar meluas akan jauh lebih besar.

Leave a Comment

Rating

Uji Kompetensi metodologi, penguasaan materi pelatihan dan praktek penyampaian modul (delivery). Selanjutnya untuk memperoleh akreditasi (Sertifikat Akreditasi Fasilitator), fasilitator mendelivery modul yang dikuasai minimal 2 kali dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Mitra Penyelenggara Pelatihan, dengan nilai minimal 70% atau rating 3,5 dengan range antara 1 – 5. Setiap penugasan pelatih oleh Mitra Penyelenggara Pelatihan telah disertai persetujuan dari LSP UMKM & WI.

Bimbingan

Dalam bimbingan ini dijelaskan alur Uji Kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP UMKM & WI . Kemudian, dilanjutkan dengan pendaftaran  untuk mendapatkan akun yang akan digunakan dalam sistem uji kompetensi LSP UMKM & WI . Pada sesi berikutnya, para peserta akan mendapat bimbingan untuk menggunakan sistem uji kompetensi tersebut hingga proses penilaian.

Sertifikasi

Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah Proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi. Terkait dengan Standard Kompetensi Kerja telah ditetapkan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pengawas Syariah berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 25 Tahun 2017. Sedangkan SKKNI itu sendiri adalah Rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

SERTIFIKASI PENILAIAN DIAKUI INTERNASIONAL

Dengan lisensi resmi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi atau (BNSP) yang
dibentuk  Pemerintah  untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaga Sertifikasi Profesi atau (LSP)
menjamin mutu kompetensi dan pelatihan Tenaga Kerja pada seluruh sektor bidang profesi
di seluruh Indonesia.

Sertifikat yang akan Anda dapatkan juga akan diakui oleh dunia Internasional, sehingga
kualitasnya tidak perlu diragukan lagi. Karena dengan memiliki sertifikasi profesi dari LSP
yang telah mendapatkan lisensi resmi dari BNSP, Anda mempunyai sebuah bukti kuat
bahwa Anda memang berkompeten dalam profesi yang Anda geluti. Itu juga memastikan
bahwa Anda mempunyai kemampuan yang mumpuni sebagai seorang profesional.

Sertifikasi kompetensi ini bisa Anda dapatkan melalui pelatihan dari LSP yang mempunyai
lisensi resmi dari BNSP. Dan LSP UMKM & WI, merupakan salah satu LSP yang bisa
membantu Anda untuk mewujudkan keinginan Anda dalam mendapatkan sertifikasi profesi
tersebut.

SERTIFIKASI KOMPETISI KASIR RETAIL

Sumber daya manusia (SDM) memainkan peranan yang sangat vital dalam menentukan
keberhasilan operasional toko. Sumber Daya Manusia (SDM) atau pengelola toko haruslah
mumpuni dan cekatan. Implementasi sistem komputerisasi yang semakin canggih dan
keharusan untuk menjalankan rangkap atau fungsi pekerjaan (multi-tasking) maka karyawan
toko juga harus memiliki kemampuan berhitung (matematika) yang baik, dan kemampuan
untuk bias berbahasa asing tentunya (minimal Bahasa Inggris).

Untuk itu pentingnya melakukan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) sebelum terjun
langsung ke dalam dunia kerja. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Apabila Sumber Daya Manusia (SDM) telah tersetifikasi,
selain dapat menentukan keberhasilan toko, para Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut
diharapkan mampu untuk bersaing dengan para tenaga kerja asing.

Perlu diingat bahwa bisnis minimarket ataupun retail dan toko adalah bisnis penjualan.
Jadi,segenap karyawan harus memiliki kualitas internal yang sejalan dan mendukung
peranannya sebagai penjual. Kualitas ini meliputi kepribadian (threat), sikap, (attitude),
motivasi dan nilai-nilai (values). Untuk itu pentingnya melakukan pelatihan Sumber Daya
Manusia (SDM).

JADIKAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN UKM

Pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini, kompetensi menjadi syarat yang harus
dipenuhi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Sejalan dengan itu, Kementerian Koperasi
dan UKM RI, terus berupaya meningkatkan kompetensi UMKM, salah satunya melalui
kegiatan sertifikasi kompetensi UKM. Kegiatan ini berupa memfasilitasi pelatihan serta
sertifikasi kompetensi bagi para pelaku UMKM.

Tujuannya untuk meningkatkan daya saing, mengingat pemberlakuan MEA akan sangat
berpengaruh kepada masuknya tenaga  kerja  asing yang mengakibatkan persaingan
menjadi semakin ketat. Standarisasi dan sertifikasi ini menjadi sangat penting diketahui oleh
para pelaku UKM. Karena selain meningkatkan daya saing, standarisasi adalah upaya untuk
menjaga kualitas produk.

Sertifikasi ini juga berguna sebagai bentuk penyesuaian dan upaya UKM untuk
menunjukkan kepada dunia jika telah memiliki standar tertentu, hingga pengembangan
usaha dapat dikembangkan menjadi lebih luas. Apabila produk telah tersertifikasi maka
konsumen akan semakin yakin, karena produk tersebut sudah pasti terjamin. Itulah alasan
mengapa standarisasi dan sertifikasi saat ini menjadi sangat penting diketahui oleh para
pelaku UKM.